Beberapa orang beranggapan bahwa setelah Allah
menciptakan dunia dan segala isinya, Ia menarik diri dan membiarkan ciptaan-Nya
berjalan sendiri begitu saja, seperti faham Deisme. Bahwa Ia tidak peduli lagi
dengan ciptaan-Nya. Ia lepas tangan. Benarkah Alkitab mengajarkan demikian?
Jawabannya adalah tidak. Sampai saat ini Allah masih memelihara ciptaan-Nya.
Allah, Pencipta Agung dari segala sesuatu, Ia juga yang memelihara, memimpin,
mengatur dan memerintah semua makhluk ciptaan, tindakan, dan benda-benda
ciptaan, mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil, dengan
kebijaksanaan-Nya yang paling bijak dan pemeliharaan-Nya yang kudus, sesuai
dengan pengetahuan yang tidak bisa salah dan kehendak-Nya yang bebas dan tidak
berubah, bagi kemuliaan hikmat-Nya, kuasa-Nya, keadilan-Nya, kebaikkan-Nya dan
kemurahan-Nya. Kalau langit dan bumi dan
segala isinya ini masih ada sampai sekarang, ini semua karena pemeliharaan
Allah terhadap ciptaan-Nya. II Petrus 3:7 mengatakan: "Tetapi oleh firman
itu juga langit dan bumi yang sekarang terpelihara dari api ..." Semuanya
itu dimungkinkan masih ada karena Allah menopangnya. Ibrani 1:3 menjelaskan
bahwa Kristus menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kuasa. Kata
"menopang" di sini tidaklah hanya sekedar menopang atau menyokong,
tetapi memiliki pemahaman yang aktif, dengan maksud kehendak-Nya Ia mengontrol
semuanya secara terus-menerus. Jadi Yesus secara aktif terlibat dalam karya
pemeliharaan (providensia). Hal serupa juga terdapat dalam Kolose 1:7 yang
mengatakan bahwa di dalam Dia segala sesuatu ada. Bagaimana dengan kehidupan
manusia di bumi ini? Apakah Allah masih memperhatikannya? Jawabnya adalah Ya.
Ada banyak ayat dalam Alkitab yang menjelaskan bahwa Ia mengatur kehidupan di
bumi ini. Mazmur 139:16 menjelaskan bahwa Allah melihat hari yang akan
dibentuk, sebelum ada satu pun dari padanya.
Rick Warren di dalam bukunya ”The Purpose Driven
Life” mengatakan bahwa tujuan pertama hidup kita adalah untuk mendatangkan
kesukaan bagi Allah atau untuk menyenangkan hati Allah. Bagaimana caranya agar
kita dapat menyenangkan hati Allah? Dibelahan dunia manapun juga, seorang bapa
akan sangat senang hatinya jika anak-anaknya dapat mengasihi, percaya, setia
dan taat kepadanya. Kita adalah milik dan anak-Nya. Sejak awal manusia
diciptakan Allah, manusia mempunyai tugas dan tanggung jawab atas hidupnya. Yaitu”setia”
dalam perkara-perkara hidup yang dihadapi selama tinggal di dunia ini (Luk
16.10). Disini kita dapat lihat bahwa firma itu ingin mengatakan bahwa hidup
ini merupakan suatu ”PROSES”. Proses ini suatu pematangan sikap dan iman kita
untuk melakukan tanggung jawab dihadapanNya. Perumpaman Yesus pada Injil Lukas
menunjukkan bahwa ketika kesetiaan menjadi nomor satu dalam hidup manusia akan
menghasilkan harta yang sesungguhnya (Luk 16:11). Bagaimana manusia dapat
keluar dari lingkaran dosa sehingga bisa menikmati hidup yang kekal menerima
harta yang sesungguhnya? Jawabanya ”Setia” dalam iman percaya kepada Tuhan,
hanya melalui kesetiaan itulah menghantarkan kita mendapatkan status ”orang
benar” atau ”orang kudus” di mata Tuhan, yang disebut ciptaan baru (2 Kort
5.17) atau anak Allah(Yoh 1.12). Kesetiaan itu akan nyata ketika kita mengasihi
kebenaran dan membenci dosa. Kita memang masih dapat jatuh ke dalam dosa (fall
in sin), tetapi kita akan merasa gelisa ketik jatuh ke dalam dosa dan itu
membuat kita tidak tinggal berlama-lama di dalam dosa (live in sin).
Dengan dasar apa kita memiliki harta yang
sesungguhnya? Satu hal yang kita dapatkan dari Injil Lukas ini adalah ”Belajar
Kejujuran”. Pada zaman sekarang ini hal
”menghargai kejujuran” sangat langkah. Orang berlomba-lomba untuk menjadi tidak
jujur. Selain karena memang banyaknya orang besar yang tidak jujur, orang kecil
pun juga berlomba tidak jujur agar tidak mati kelaparan. Memang tidak mudah
untuk menjadi orang jujur, tetapi berlaku jujur harus menjadi bagian hidup
pengikut Kristus. Setiap pengikut Kristus akan mengalami proses pengudusan,
salah satunya adalah pengikisan kebiasaan yang suka berdusta. Kita sering
diperhadapahkan dengan pilihan, apakah akan berlaku jujur atau tidak? Tetapi
sebagai pengikut Kristus marilah kita berusaha untuk berlaku jujur. Ingatlah
Tuhan membenci lidah dusta dan menyediakan pertolongan bagi orang yang berlaku
jujur. ”Siapa yang berlaku jujur berarti
menjauhkan masalah dari hidupnya”. kita lupa Ingat seolah-olah lupa akan tanggung jawab untuk menjadi garam dunia
yang harus memberi rasa enak di hadapan Tuhan dan kita adalah terang dunia yang
menerangi kehidupan mereka yang gelap, yang hidup di dalam ketidak jujuran.
Janganlah menjadi serupa dengan dunia ini (Roma 12.2). Ada sebuah ungkapan kata
bijak ” Makan sekerat roti dengan
kejujuran berharga daripada makan setumpuk daging dengan ketidakjujuran”. Amin