Begitu banyak pergumulan
hidup sedang dialami oleh manusia. Di saat ini kita juga diperhadapkan persoalan
hidup/persaingan yang semakin hari semakin menghantarkan kita pada posisi untuk
memilih ikut Tuhan atau ikut dengan dunia. Pada bulan ini juga disugguhkan
dengan ancaman alam yang tidak bersahabat dengan kita, seakan-akan kemarahannya
menunjukkan bahwa keserakahan selama ini djawab oleh alam disekitar kita. Banjir
bandang yang memakan korban jiwa dan material terjadi di beberapa daerah
terjadi. Ibu kota Jakarta dihantui dengan air yang meluap beberapa meter membuat
seluruh fasilitas yang kita miliki menjadi hancur di terjang oleh ke egoisan, keserakan
manusia hanya menunjukkan gaya hidup yang lebih tren. Keganasan gunung merapi
terjadi di Yogyakarta memakan korban jiwa dan harta benda penduduk sekitarnya, gempa
bumi disertai tsunami yang meluluh lantahkan kepulaan Mentawai di pada hari senin
kemarin juga menghancurkan seluruh kehidupan penduduknya. Dimana Kasih Tuhan
yang disuarakan dalam firman Tuhan seolah-olah tidak mampu menjawab pergumulan
itu. Ini dapat kita lihat begitu banyak manusia yang stress, apatis, pesimis
atau tidak memiliki pengharapan akan kasih Tuhan. Berdasarkan hasil survei
lembaga polling The Gallup Organization, dalam sepuluh tahun terakhir ini,
kepercayaan terhadap paranormal, ”orang pandai” dukun dan kekuatan supranatural
di ”negeri paman sam” atau Amerika mengalami peningkatan yang cukup pesat. Kini
benarlah apa yang dikatakan Alkitab bahwa akan tiba waktuknya di mana manusia
akan memalingkan telingnya dari kebenaran dan membukanya untuk hal-hal yang
sesuai dengan keinginan mereka atau dengan kata lain ”Kepercayaan terhadap iblis semakin meningkat”. Kebenaran
akan kasih dan kekuatan yang bersumber dari Tuhan seakan-akan tidak berpengaruh
lagi kehidupan iman orang percaya kepadaNya. Ibadah dan persembahan dilakukan
sebatas rutinitas yang tidak berpengaruh untuk mengerti dan menghantarkan
kepada kita menuju kemenangan yang sejati (lih Hes 33.12). Kita takut mengalami
penderitaan, walaupun dengan jelas dikatakan oleh Paulus kepada Timoteus ”Ikutlah
menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus”. (2 Tim 2.3).
Rasul Yakobus
yang menulis suratnya kepada para Jemaat untuk meneguhkan mereka yang mengalami
penderitaan dan persoalan demi persoalan. Ia tidak menampik bahwa persoalan
tidak ada di dalam jemaat, ia tahu sebagai murid Yesus bahwa persoalan bahkan
akrab dengan orang Kristen. Ia melihat dengan mata sendiri bagaimana Yesus
dianiaya, ia juga melihat bagaimana jemaat mula-mula di aniaya. Ia
tahu menjadi seorang Kristen dan percaya Yesus akan sangat akrab dengan
penderitaan.
Namun ia sadari betul sebetulnya setiap manusia pasti akan mengalami penderitaan. Untuk itu ia mengatakan barangsiapa yang menderita maka baiklah mereka bertekun karena orang seperti inilah yang berbahagia. “..Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun ..” Yakobus mengambil contoh Ayub yang selama beberapa tahun menderita. Keluarga mati, istri meninggalkannya dan sekujur tubuhnya penuh penyakit. Namun Ayub tetap bertekun. Meski dalam penderitaannya yang hebat ia terus bertekun dan mencari Tuhan akhirnya Tuhan menyembuhkannya dan mengembalikan keluarganya.
Namun ia sadari betul sebetulnya setiap manusia pasti akan mengalami penderitaan. Untuk itu ia mengatakan barangsiapa yang menderita maka baiklah mereka bertekun karena orang seperti inilah yang berbahagia. “..Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun ..” Yakobus mengambil contoh Ayub yang selama beberapa tahun menderita. Keluarga mati, istri meninggalkannya dan sekujur tubuhnya penuh penyakit. Namun Ayub tetap bertekun. Meski dalam penderitaannya yang hebat ia terus bertekun dan mencari Tuhan akhirnya Tuhan menyembuhkannya dan mengembalikan keluarganya.
Betapa banyak orang Kristen
seringkali merajuk dan ngambek dengan tidak lagi mau melayani karena persoalan
atau musibah datang. Mereka mundur dan apatis. Tidak lagi mau
memikirkan pelayanan Tuhan apalagi mengambil bagian dalam pelayanan. Mereka
minta cuti dan kalau bisa cuti panjang. Katanya istirahat dulu, tapi
dalam hati tidak akan lagi melayani. Untung saja Tuhan baik dan tidak
membiarkan jantung mereka cuti juga berdenyut. Sungguh Tuhan maha pengasih dan
sangat penyayang sehingga DIA membiarkan umatNya yang mengalami persoalan itu
bisa duduk dan berbaring sambil merenungkan masalah yang dialami dan mengambil
hikmah dari sana. Oleh karena itu ada bagaimana kita sebagai umat Tuhan untuk
menpertahanlan iman pada zaman yang serba cangih ini?
1.
Kuat
dan tetap bersekutu dengan Tuhan.
Waktu adalah
salah satu pemberian Tuhan yang paling berharga, tak dapat diulang, dan harus dimanfaatkan
sebaik-baiknya. Namun, tidak ada waktu terbaik bagi Anda selaku orang percaya,
selain waktu yang dipakai untuk bersekutu dengan Allah. Bagaimana caranya? Pilihlah waktu dan tempat yang tepat untuk
bersekutu dengan Allah. Putuskan juga berapa lamanya. Hubungan
yang baik dengan Allah tidak dapat diperoleh tanpa pernah menyediakan waktu
secara konsisten. Bersiaplah juga untuk menyediakan waktu lebih bila Allah
ingin berbicara lebih banyak dengan Anda.
Diamlah dan nantikanlah Dia. Seringkali orang percaya
menghabiskan waktu doanya hanya untuk berkeluh-kesah dan meminta sesuatu. Jarang
sekali mereka mau mendengarkan ketika Tuhan hendak berbicara. Berilah waktu
untuk Tuhan berbicara, menyatakan isi hati-Nya, berfirman, memberikan
janji-Nya, termasuk memberi penghiburan dan kekuatan di saat Anda lemah. “Diamlah dan
ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa,
ditinggikan di bumi!” (Mzm. 46:11).
2.
Lakukan kebenaran
Alkitab memberikan alasan yang sangat kuat bagi setiap
orang percaya untuk menyatakan kebenaran. Salah satu alasan itu ialah karena
semua orang percaya adalah anggota dari satu tubuh. Satu tubuh dapat hidup
dengan aman, hanya jika panca indra dan syaraf mampu menyampaikan informasi
yang benar kepada otak. Jika informasi yang disampaikan salah, misalnya indra
perasa, yaitu kulit menginformasikan bahwa air yang disentuhnya dingin dan
dapat diminum, pada hal sesungguhnyaair tersebut panas, maka otak akan
memerintahkan mulut untuk meminumnya dan pada saat mulut dan lidah meminumnya,
mereka Selama bertahun-tahun banyak yang sudah
mengenal kebenaran yang dinyatakan melalui empat metode, tetapi belum
melaksanakan ini dalam keseimbangan yang tepat, memberi penekanan kepada satu
area dan mengabaikan yang lain. Ketika kita menempatkan terlalu banyak fokus
pada akal (hikmat), kita cenderung menuju kepada Gnostisisme, sementara terlalu
banyak menekankan pada tradisi akan menyebabkan kita dibatasi oleh
seremonialisme. Terlalu banyai mementingkan pengalaman sudah menuntun banyak
orang untuk mencari tanda-tanda dari Tuhan, sehingga menghadapkan mereka kepada
tipu muslihat dari Musuh.Tuhan sudah memberikan sistem pemeriksaan dan
keseimbangan yang sangat baik kepada kita dengan menyingkapkan kebenaran
melalui berbagai sarana. Firman-Nya adalah benar,
dan itu adalah standar di mana kita harus mengukur semua pikiran, pengalaman
dan tradisi. Ini adalah batu penjuru di mana kita dapat mengevaluasi segala
sesuatu di dalam hidup kita. Tuhan menginginkan agar kita mengenal kebenaran
dan hidup di dalamnya, menyatakannya di dalam pikiran kita, tindakan
(pengalaman) dan tradisi yang kita lakukan. Kebenaran itu Penting, dan Tuhan
sudah menyatakannya dengan jelas bahwa Dia menginginkan agar kita menyebarkan
Firman!
3.
Berlaku sebagai pemenang
Sadarilah
bahwa kamu dilahirkan ke dalam dunia dengan potensi yang besar untuk menjadi
seorang pemenang dalam hidup. Kamu punya seperangkat perlengkapan hidup yang
sangat hebat berupa pikiran, kehendak bebas dan hati nurani. Pergunakanlah
secara optimal.Ingatlah selalu bahwa menjadi pemenang tidak berarti selalu
menang, tapi tetap tenang ketika mengalami kegagalan dan tidak panik ketika
mengalami kekalahan. Bagi seorang pemenang, kekalahan hanyalah sementara dan
kegagalan hanyalah keberhasilan yang tertunda. Pemenang dalam hidup adalah
pribadi yang berani menghadapi kehidupan, tidak gentar menghadapi tantangan,
tidak takut menghadapi kesulitan, tidak bergantung pada situasi, dan tidak
dikalahkan oleh hal-hal negatif. Jadikan orang lain sebagai motivator, guru dan cermin yang
baik. Belajarlah dari keberhasilan dan kegagalan mereka. Jangan sombong kalau
kamu lebih hebat dalam beberapa bidang dibandingkan dengan orang lain, dan
jangan berkecil hati kalau kamu tidak segelimang mereka dalam bidang lainnya. Beranilah
mengambil risiko, karena banyak hal berharga dalam hidup ini yang harus diraih
dengan keberanian. Kalau semua faktor sudah diperhitungkan,
lakukanlah apapun yang dapat meningkatkan kualitas hidupmu. Berpikirlah sebagai
seorang pemenang. Pikiran adalah potensi dan kekuatanmu yang bisa membangun dan
merusak hidupmu tergantung bagaimana kamu mengarahkannya. Arahkanlah selalu
pikiranmu untuk memikirkan hal-hal yang mulia, yang benar, yang adil, yang
penting dan yang membahagiakan. Berkatalah sebagai seorang pemenang. Jadikan
kata-kata positifmu sebagai alat untuk memperkat jiwamu, bukan untuk
melemahkan. Lebih baik kamu berkata “Aku akan segera sembuh” daripada “Aku
sudah bosan berobat tapi tidak ada hasil”. Atau, “Kalau hari ini aku tidak
beruntung, masih ada hari esok” lebih baik daripada “Aku memang sedang sial
hari ini!” Bersikaplah sebagai seorang pemenang. Seorang pemenang akan bersikap
aktif dan tidak pasif, rajin dan tidak malas, ulet dan tidak mudah menyerah,
jujur dan tidak bohong. Bila setiap hari kamu bertindak sebagai pemenang, kamu
betul-betah melatih otot-otot jiwa menjdi otot seorang pemenang. Jangan biarkan
jiwamu menjadi lemah sehingga kamu selalu mengalami kekalahan. Berusahalah
terus untuk mengembangkan sifat-sifat seorang pemenang, seperti rendah hati,
berani, berjiwa besar, tekun, dsb. Hindari sifat-sifat pengecut seperti
menyalahkan orang lain, egois, iri hati, sombong, mencari perhatian, dsb.
Perjalanan kerohanian orang
Kristen tidak hanya oleh iman saja tetapi juga oleh hati nurani yang murni. Bagaimana
kita memiliki hati nurani yang murni? Utamakanlah iman dalam Kristus lebih dari
pada semuanya dan lakukanlah apa yang kita tahu dengan baik. Kekuatan kita
hanya terdapat dalam firman Tuhan (lht Efs 6.2-7), ketika kita berjalan dengan
Allah, Dia akan berbicara kepada kita melalui hati nurani kita. Tuhan pun tahu
bagaimana cara agar kita menemukan kebutuhan jiwa kita, kebutuhan akan
penghiburan dan kekautan yang belum pernah kita rasakan sebelumnya. Mother Teresa
berkata ”Pastikan bahwa engkau
menginzinkan anugerah Allah bekerja dalam jiwamu dengan menerima apa saja yang
Ia berikan dan merelakan apa saja yang Dia ambil darimu”