Sabtu, 30 Oktober 2010

Kuat Dalam Kasih Tuhan

gr.abnerpanjaitan
 
 Begitu banyak pergumulan hidup sedang dialami oleh manusia. Di saat ini kita juga diperhadapkan persoalan hidup/persaingan yang semakin hari semakin menghantarkan kita pada posisi untuk memilih ikut Tuhan atau ikut dengan dunia. Pada bulan ini juga disugguhkan dengan ancaman alam yang tidak bersahabat dengan kita, seakan-akan kemarahannya menunjukkan bahwa keserakahan selama ini djawab oleh alam disekitar kita. Banjir bandang yang memakan korban jiwa dan material terjadi di beberapa daerah terjadi. Ibu kota Jakarta dihantui dengan air yang meluap beberapa meter membuat seluruh fasilitas yang kita miliki menjadi hancur di terjang oleh ke egoisan, keserakan manusia hanya menunjukkan gaya hidup yang lebih tren. Keganasan gunung merapi terjadi di Yogyakarta memakan korban jiwa dan harta benda penduduk sekitarnya, gempa bumi disertai tsunami yang meluluh lantahkan kepulaan Mentawai di pada hari senin kemarin juga menghancurkan seluruh kehidupan penduduknya. Dimana Kasih Tuhan yang disuarakan dalam firman Tuhan seolah-olah tidak mampu menjawab pergumulan itu. Ini dapat kita lihat begitu banyak manusia yang stress, apatis, pesimis atau tidak memiliki pengharapan akan kasih Tuhan. Berdasarkan hasil survei lembaga polling The Gallup Organization, dalam sepuluh tahun terakhir ini, kepercayaan terhadap paranormal, ”orang pandai” dukun dan kekuatan supranatural di ”negeri paman sam” atau Amerika mengalami peningkatan yang cukup pesat. Kini benarlah apa yang dikatakan Alkitab bahwa akan tiba waktuknya di mana manusia akan memalingkan telingnya dari kebenaran dan membukanya untuk hal-hal yang sesuai dengan keinginan mereka atau dengan kata lain ”Kepercayaan terhadap iblis semakin meningkat”. Kebenaran akan kasih dan kekuatan yang bersumber dari Tuhan seakan-akan tidak berpengaruh lagi kehidupan iman orang percaya kepadaNya. Ibadah dan persembahan dilakukan sebatas rutinitas yang tidak berpengaruh untuk mengerti dan menghantarkan kepada kita menuju kemenangan yang sejati (lih Hes 33.12). Kita takut mengalami penderitaan, walaupun dengan jelas dikatakan oleh Paulus kepada Timoteus Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus”. (2 Tim 2.3).
Rasul Yakobus yang menulis suratnya kepada para Jemaat untuk meneguhkan mereka yang mengalami penderitaan dan persoalan demi persoalan. Ia tidak menampik bahwa persoalan tidak ada di dalam jemaat, ia tahu sebagai murid Yesus bahwa persoalan bahkan akrab dengan orang Kristen. Ia melihat dengan mata sendiri bagaimana Yesus dianiaya, ia juga melihat bagaimana jemaat mula-mula di aniaya. Ia tahu menjadi seorang Kristen dan percaya Yesus akan sangat akrab dengan penderitaan.
Namun ia sadari betul sebetulnya setiap manusia pasti akan mengalami penderitaan. Untuk itu ia mengatakan barangsiapa yang menderita maka baiklah mereka bertekun karena orang seperti inilah yang  berbahagia. “..Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun ..” Yakobus mengambil contoh Ayub yang selama beberapa tahun menderita. Keluarga mati, istri meninggalkannya dan sekujur tubuhnya penuh penyakit. Namun Ayub tetap bertekun. Meski dalam penderitaannya yang hebat ia terus bertekun dan mencari Tuhan akhirnya Tuhan menyembuhkannya dan mengembalikan keluarganya.
Betapa banyak orang Kristen seringkali merajuk dan ngambek dengan tidak lagi mau melayani karena persoalan atau musibah datang. Mereka mundur dan apatis. Tidak lagi mau memikirkan pelayanan Tuhan apalagi mengambil bagian dalam pelayanan. Mereka minta cuti  dan kalau bisa cuti panjang. Katanya istirahat dulu, tapi dalam hati tidak akan lagi melayani. Untung saja Tuhan baik dan tidak membiarkan jantung mereka cuti juga berdenyut. Sungguh Tuhan maha pengasih dan sangat penyayang sehingga DIA membiarkan umatNya yang mengalami persoalan itu bisa duduk dan berbaring sambil merenungkan masalah yang dialami dan mengambil hikmah dari sana. Oleh karena itu ada bagaimana kita sebagai umat Tuhan untuk menpertahanlan iman pada zaman yang serba cangih ini?
1.   Kuat dan tetap bersekutu dengan Tuhan.
Waktu adalah salah satu pemberian Tuhan yang paling berharga, tak dapat diulang, dan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Namun, tidak ada waktu terbaik bagi Anda selaku orang percaya, selain waktu yang dipakai untuk bersekutu dengan Allah. Bagaimana caranya? Pilihlah waktu dan tempat yang tepat untuk bersekutu dengan Allah. Putuskan juga berapa lamanya. Hubungan yang baik dengan Allah tidak dapat diperoleh tanpa pernah menyediakan waktu secara konsisten. Bersiaplah juga untuk menyediakan waktu lebih bila Allah ingin berbicara lebih banyak dengan Anda. Diamlah dan nantikanlah Dia. Seringkali orang percaya menghabiskan waktu doanya hanya untuk berkeluh-kesah dan meminta sesuatu. Jarang sekali mereka mau mendengarkan ketika Tuhan hendak berbicara. Berilah waktu untuk Tuhan berbicara, menyatakan isi hati-Nya, berfirman, memberikan janji-Nya, termasuk memberi penghiburan dan kekuatan di saat Anda lemah. “Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!” (Mzm. 46:11).
2.   Lakukan kebenaran
Alkitab memberikan alasan yang sangat kuat bagi setiap orang percaya untuk menyatakan kebenaran. Salah satu alasan itu ialah karena semua orang percaya adalah anggota dari satu tubuh. Satu tubuh dapat hidup dengan aman, hanya jika panca indra dan syaraf mampu menyampaikan informasi yang benar kepada otak. Jika informasi yang disampaikan salah, misalnya indra perasa, yaitu kulit menginformasikan bahwa air yang disentuhnya dingin dan dapat diminum, pada hal sesungguhnyaair tersebut panas, maka otak akan memerintahkan mulut untuk meminumnya dan pada saat mulut dan lidah meminumnya, mereka Selama bertahun-tahun banyak yang sudah mengenal kebenaran yang dinyatakan melalui empat metode, tetapi belum melaksanakan ini dalam keseimbangan yang tepat, memberi penekanan kepada satu area dan mengabaikan yang lain. Ketika kita menempatkan terlalu banyak fokus pada akal (hikmat), kita cenderung menuju kepada Gnostisisme, sementara terlalu banyak menekankan pada tradisi akan menyebabkan kita dibatasi oleh seremonialisme. Terlalu banyai mementingkan pengalaman sudah menuntun banyak orang untuk mencari tanda-tanda dari Tuhan, sehingga menghadapkan mereka kepada tipu muslihat dari Musuh.Tuhan sudah memberikan sistem pemeriksaan dan keseimbangan yang sangat baik kepada kita dengan menyingkapkan kebenaran melalui berbagai sarana. Firman-Nya adalah benar, dan itu adalah standar di mana kita harus mengukur semua pikiran, pengalaman dan tradisi. Ini adalah batu penjuru di mana kita dapat mengevaluasi segala sesuatu di dalam hidup kita. Tuhan menginginkan agar kita mengenal kebenaran dan hidup di dalamnya, menyatakannya di dalam pikiran kita, tindakan (pengalaman) dan tradisi yang kita lakukan. Kebenaran itu Penting, dan Tuhan sudah menyatakannya dengan jelas bahwa Dia menginginkan agar kita menyebarkan Firman!
3.   Berlaku sebagai pemenang
Sadarilah bahwa kamu dilahirkan ke dalam dunia dengan potensi yang besar untuk menjadi seorang pemenang dalam hidup. Kamu punya seperangkat perlengkapan hidup yang sangat hebat berupa pikiran, kehendak bebas dan hati nurani. Pergunakanlah secara optimal.Ingatlah selalu bahwa menjadi pemenang tidak berarti selalu menang, tapi tetap tenang ketika mengalami kegagalan dan tidak panik ketika mengalami kekalahan. Bagi seorang pemenang, kekalahan hanyalah sementara dan kegagalan hanyalah keberhasilan yang tertunda. Pemenang dalam hidup adalah pribadi yang berani menghadapi kehidupan, tidak gentar menghadapi tantangan, tidak takut menghadapi kesulitan, tidak bergantung pada situasi, dan tidak dikalahkan oleh hal-hal negatif. Jadikan orang lain sebagai motivator, guru dan cermin yang baik. Belajarlah dari keberhasilan dan kegagalan mereka. Jangan sombong kalau kamu lebih hebat dalam beberapa bidang dibandingkan dengan orang lain, dan jangan berkecil hati kalau kamu tidak segelimang mereka dalam bidang lainnya. Beranilah mengambil risiko, karena banyak hal berharga dalam hidup ini yang harus diraih dengan keberanian. Kalau semua faktor sudah diperhitungkan, lakukanlah apapun yang dapat meningkatkan kualitas hidupmu. Berpikirlah sebagai seorang pemenang. Pikiran adalah potensi dan kekuatanmu yang bisa membangun dan merusak hidupmu tergantung bagaimana kamu mengarahkannya. Arahkanlah selalu pikiranmu untuk memikirkan hal-hal yang mulia, yang benar, yang adil, yang penting dan yang membahagiakan. Berkatalah sebagai seorang pemenang. Jadikan kata-kata positifmu sebagai alat untuk memperkat jiwamu, bukan untuk melemahkan. Lebih baik kamu berkata “Aku akan segera sembuh” daripada “Aku sudah bosan berobat tapi tidak ada hasil”. Atau, “Kalau hari ini aku tidak beruntung, masih ada hari esok” lebih baik daripada “Aku memang sedang sial hari ini!” Bersikaplah sebagai seorang pemenang. Seorang pemenang akan bersikap aktif dan tidak pasif, rajin dan tidak malas, ulet dan tidak mudah menyerah, jujur dan tidak bohong. Bila setiap hari kamu bertindak sebagai pemenang, kamu betul-betah melatih otot-otot jiwa menjdi otot seorang pemenang. Jangan biarkan jiwamu menjadi lemah sehingga kamu selalu mengalami kekalahan. Berusahalah terus untuk mengembangkan sifat-sifat seorang pemenang, seperti rendah hati, berani, berjiwa  besar, tekun, dsb. Hindari sifat-sifat pengecut seperti menyalahkan orang lain, egois, iri hati, sombong, mencari perhatian, dsb.
Perjalanan kerohanian orang Kristen tidak hanya oleh iman saja tetapi juga oleh hati nurani yang murni. Bagaimana kita memiliki hati nurani yang murni? Utamakanlah iman dalam Kristus lebih dari pada semuanya dan lakukanlah apa yang kita tahu dengan baik. Kekuatan kita hanya terdapat dalam firman Tuhan (lht Efs 6.2-7), ketika kita berjalan dengan Allah, Dia akan berbicara kepada kita melalui hati nurani kita. Tuhan pun tahu bagaimana cara agar kita menemukan kebutuhan jiwa kita, kebutuhan akan penghiburan dan kekautan yang belum pernah kita rasakan sebelumnya. Mother Teresa berkata ”Pastikan bahwa engkau menginzinkan anugerah Allah bekerja dalam jiwamu dengan menerima apa saja yang Ia berikan dan merelakan apa saja yang Dia ambil darimu”

Jumat, 29 Oktober 2010

Prisip Hidup Pemenang

gr.abnerpanjaitan

Pendahuluan:

Apakah saat ini kita menjalani hidup yang tidak maksimal? Ketidak maksimalannya hidup bukanlah sesuatu yang dirancang oleh Tuhan bagi hidup setiap anak-Nya, sebagaimana jalan hidup bangsa Israel yang dikeluarkanNya dari tanah perbudakan. Dia membawa keluar dari Mesir dengan tangan dan kuasaNya yang dahsyat untuk masuk ke tanah yang dijanjikanNya. Kegagalan atau ketidakmaksimalan hidup dari generasi eksodus Israel yang pertama juga banyak menghinggapi hidup orang percaya masa kini. Orang percaya sudah menerima keselamatan, janji hidup dalam segala kelimpahan serta kemenangan, tetapi mengapa banyak yang tidak mengalami semua berkatNya ini? Mari kita perhatikan prinsip-prinsip alkitabiah yang menjadi penyebab seseorang gagal menjadi pemenang, sementara yang lain berhasil!
Semuanya diawali oleh pola pikir(Mindset)
Firman Tuhan dalam 1 Kort 10.6-10, mencatat bahwa perbuatan-perbuatan yang bangsa Israel kembangkan saat di Padang gurun (menginginkan hal-hal yang jahat, menyembah berhala, percabulan, mencobai Tuhan, bersunggut-sunggut) itulah yang menggangalkan mereka mencapai apa yang dijanjikan Tuhan. Kita sering fokus kepada perbuatan-perbuatan, namun Rasul Paulus berkata, "Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh (Rm 8.5). Karena itu bagian terpenting setelah kita menerima keselamatan kita harus berubah di dalam cara kita berpikir (Rm 12.2), tanpa perubahan kita akan mengulang kesalahan yang sama.
Salah satu pola pikir yang di maksud dengan mengawali bersama pola pikir ialah;
Pola pikir tentang sukses. 
Coba pikirkan, apa arti sukses menurut Anda? Pada prinsipnya mengukur kesuksesan berdasarkan banyaknya harta kekayaan, besarnya kehormatan yang didapatkan, atau tingginya kedudukan yang diraih oleh seseorang.Apakah standar ini sesuai dengan firman Tuhan? Standar sukses dunia sangat berbeda dengan standar sukses Sorga, karena Tuhan sendiri berkata "Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu (Yes 55.9)".Kunci sukses Yesus adalah patokan untuk mengukur sukses kita dihadapan Bapa. Menurut Yoh 4.34, Yesus dikatakan berhasil karena; Dia mengerti, melakukan, dan menyelesaikan kehendak Bapa dalam hidupNya dengan baik (Yoh 13.31-35).
Pola pikir pemenang di Padang gurun
Untuk mencapai tanah perjanjian bangsa Israel penuh perngumulan untuk sampai ke tanah Kanaan. Untuk mencapai kesuksesan dalam hidup dan berkelimpahan di dalam Kristus, kita juga harus melewati berbagai proses dan tantangan padang gurun. Pada prinsipnya setiap orang yang diselamatkan oleh Yesus Kristus akan mengalami masa padang gurun. Mari kita pelajari apa yang ada di proses padang gurun;
1). Keadaanya.
Jika kita perhatikan, di padang gurun banyak pemimpin bangsa Israel yang gugur sebelum memasuki tanah Kanaan. Kenapaaaa? Itu disebabkan tidak tahan uji terhadap proses padang gurun yang diwarnai dengan ujian-ujian iman yang relatif keras. Keadaan yang gersang, panas, berubah-ubah dan pada umumnya seseorang merasa sendirian ketika berada di sana. Namun kita harus ingat melalui itulah menjadikan kita murni.
2). Apa yang ada dalam pikiran kita
Kadang kala bangsa itu dijebak oleh rasa lapar, kehausan hingga mereka sering menyerang Musa dengan mengatakan bahwa mereka sudah dijebak untuk mati di gurun pasir, pada hal kalau mereka tinggal di tanah Mesir, walaupun dengan sebut budak mereka lebih menikmatinya. Orang Kristen yang memasuki alam baru(Kristus) kadang kala dijebak dengan sebagai pengenalan akan Tuhan yang menjanjikan janji-janji yang indah. Pengalaman padang gurun menjadi shock therapy bagi kita, dimana kiat harus sepenuhnya bergantung pada Tuhan.   Bukan hanya itu, tapi juga merasakan seolah-olah ditinggalkan Tuhan. Ada kalanya dalam hidup ini kita merasa sendirian dan ditinggalkan. Sesungguhnya pada masa seperti ini iman kita sedang diuji, apakah kita tetap percaya bahwa Dia beserta kita, walaupun kita tidak bisa melihat penyertaanNya pada masa itu.
Dihukum, saat mengalami padang gurun banyak orang mengira bahwa mereka sedang dihukum Bapa, padahal yang sebenarnya terjadi adalah kita sedang dibentuk supaya semakin serupa dengan Kristus dan iman kita menjadi sekokoh batu karang (bnd 2 Tim 2.1-7).
3). Tujuan mengizinkan di padang gurun.
Yang pertama ialah untuk menguji hati (Ul 8.2-3) dimana ketika di hadapan Tuhan kita mengaku bahwa kita mengasihi Dia lebih dari segalanya, maka Ia akan mengkondisikan/menguji kita melalui padang gurun. Kedua, untuk membersikan/memurnikan (ayub 23.10) keadaan murni seperti Ayub inilah yang diinginkan Tuhan keluar dari hidup kita, manakalah Dia mengizinkan  kita untuk diproses.
Ketiga, merupakan masa persiapan, proses pengosongan diri kita supaya Bapa benar-benar menjadi Kurios, Tuan atau pemilih atas hidup kita. Siapkah kita dikosongkanNya untuk sebuah kapasitas yang lebih besar? Jalani padang gurun kita dengan sikap yang benar.
4). Sikap yang benar ketika berjalan di padang gurun
*.Tetap melangkah ke depan. "Kakiku tetap mengikuti jejak-Nya, aku menuruti jalan-Nya dan tidak menyimpang (Ayub 23.11)". Ketika di padang gurun di mana cuaca yang berubah-ubah, satu-satunya cara menjadi pemenang adalah melangkah bersama Tuhan. Jangan pernah mundur, menarik diri atau menjadi lemah, tetaplah melangkah karena langkah itu akan menghantarkan kita ke tempat yang melimpah dengan susu dan madu.
*.Tetap tidak menyimpang, supaya langkah kita tidak menyimpang, satu-satunya yang dapat kita jadikan pegangan pada masa padang gurun adalah firman Tuhan (bnd Efs 6.2-7).Firman itulah menjadi pelita dan terang dalam jalan kegelapan(Mzm 119.105).
*.Tetap berbuah. Meskipun keadaan padang gurun itu sering panas, tetaplah menghasilkan buah pertobatan, pekerjaan dan pelayanan (Yoh 15.16). Layanilah Tuhan dalam segala keadaan, kondisi apapun. Hugh Downs mengatakan "Seorang yang berbahagia bukanlah orang yang berada dalam keadaan-keadaan tertentu, namun orang yang memiliki sikap-sikap tertentu".
*.Tetap komitmen. Berkomitmenlah untuk membangun kualitas diri, ibadah, penyembahan, dan pelayanan kita di atas dasar emas, perak dan batu permata; bukan kayu, rumpit atau jerami (1 Kort 3.10-15). Komitmen akan mengangkat kita menjadi seorang pemenang. Be a winner

(sumbe:winner Principles............)


 

”Membangun Persahabat”


gr.abnerpanjaitan

Pada tanggal 8 Juli 2009 ini negara kita akan mengadakan pemilihan Capres dan Cawapres sebagai wadah mencapai visi dan misi UUD 1945, masyarakat yang makmur, adil dan sejahtera. Namun jika kita mengikuti debat Capres dan Cawapres yang diadakan oleh media televisi terjadi pembangunan yang membawa konflik dan saling menyindir lawan politiknya. Banyak komentar yang kita lihat dari masyarakat kalangan bawah hingga pengamat politik yang melihat debat pendapat dalam memaparkan visi dan misi untuk masa depan Indonesia, kurang memberikan nilai-nilai positif untuk membangun Kesatuan(Persahabatan). Adakah kalangan politik kita atau partai yang akan membawa dan membangun persahabatan yang membawa nilai-nilai positif untuk membangun bersama masa depan Indonesa yang kita cintai? Berbagai fakta mengatakan ketika terjadi lawan politik kalah maka akan terjadi saling menjelekkan, menyindir satu dengan yang lainnya. Keburukan lawan politik akan menjadi p erbedaan pendapat masih jauh dari harapan untuk menunjukkan suatu nilai-nilai sosial yang baik dan membangun suatu komunitas yang harmonis.  
Kehadiran para sahabat politik akan membuat hidup menjadi lebih indah dan memeliki nilai sosial yang membangun; ada tawa, canda, kepedulian dan kasih. Kehadiran para sahabat merupakan sesuatu yang patut disyukuri, sulit membayangkan bagaimana jadinya hidup ini tanpa adanya mereka. Untuk membina atau memelihara sebuah persahabatan tidaklah semudah mendapat sahabat baru dalam suatu kehidupan yang lebih baik. Itu sebabnya ada sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa ” Sahabat yang jauh wangi namanya”. Tetapi apakah ini berarti kita menarik diri dari pergaulan dengan sesama demi menghidari konflik? Tidak! Amsal 27,17 tertulis, Besi menanjakkan besi, orang menamkan sesamanya. ”jika kita menyikapi secara positif setiap perbedaan yang ada, itu justru akan mendewasakan kita. Berikut ini adalah prinsip-prinsip membangun persahabatan:
1.   Jangan mengharapkan sahabat yang sempurna
Jika kita mengharapkan orang yang sempurna dan tidak pernah melakukan kesalahan, maka di mana pun berada kita tidak akan pernah mendapat sahabat. Setiap orang termaksud kita sendiri tidak luput dari kekurangan dan kelemahan, jadi belajarlah untuk menerima orang lain apa adanya.
2.  Jangan terlalu minta perhatian, tetapi berilah perhatian( Pil 2.3-4)
Jangan kecewa dan marah ketika tidak mendapatkan perhatian seperti yang kita harapkan. Ini sangat kekanak-kanakan. Sebaliknya belajarlah untuk memberikan perhatian tanpa mengharapkan balasan.
3.  Percaya pada ketulusan seorang sahabat
Persahabatan dibangun atas dasar kepercayaan. Kepercayaan pada kasih, ketulusan dan niat baik seorang sahabat, jangan nodai hubungan persahabatan dengan kecurigaan yang tidak beralasan.
4.  Jangan takut di sakiti( Gal 6.9)
Seseorang mengatakan bahwa orang yang takut disakiti tidak akan pernah mendapatkan sahabat. Banyak di antara kita yang hanya mau bergaul dengan segelintir orang yang menurutnya tidak mungkin menyakiti hatinya. Ini adalah bentuk keegoisan yang hanya memusatkan perhatian pada kenyamanan diri sendiri.
Jika selama ini kita sering mengalami masalah di dalam membangun hubungan, koreksi diri dan berubahlah terlebih dahulu. Jika anda menjadi sahabat yang baik, banyak sahabat baru yang akan datang tanpa anda mencari.

Kamis, 28 Oktober 2010

Iman Sejati vs Iman-iman Palsu

gr.abnerpanjaitan

Iman sentral dan vital adanya. Mazmur 37.3-5 mengajarkan bahwa percaya kepada Tuhan adalah dasar yang memungkinkan orang untuk setia dalam Tuhan, berlaku baik, memiliki kehidupan yang bergembira dan membuatnya mengalami campur tangan Tuhan di tengah tekanan kondisi zaman yang tidak benar. Habakuk 2.4.b yang lahir dalam kegoncangan moral spritual Habakuk, dengan indah menegaskan pengakuan bahwa iman orang benar adalah proses hidup beriman. Pengajaran penting ini kemudian ditemukan kebenarannya oleh Martin Luther dalam kegelisahan rohaninya bahwa iman, bukan kondisi moral spritualnya, yang membuat dia dan semua orang beriman dibenarkan oleh Allah di dalam karya Yesus Kristus. Surat Ibrani mengabdikan seluruh pasal 11 untuk menguraikan penting dan vitalnya iman disertai banyak contoh para tokoh iman Perjanjian Lama.
Dalam perspektif Petrus, iman mendapatkan kedudukan fondasional (2 Petr 1.5-10). Iman adalah dasar atau awal dari seluruh pertumbuhan keikutsertaan orang terhadap Yesus Kristus yang meliputi pembaharuan segenap aspek hidup manusia sampai pada puncak dalam kasih ia semakin mengenal Yesus Kristus dan dengan penuh hasrat melayani Dia saja. Demikian juga pemahaman Paulus, dimana iman merupakan salah satu dari esensi kekristenan yang bersama dengan pengharapan dan kasih sering juga disebut sebagai kebajikan-kebajikan teologis (1 Kort 13.13).
Alasan lain mengapa kita sekarang sangat perlu menghayati iman dengan jelas dan benar adalah adanya pergumulan zaman yang berbeda dari zaman kini. Pada era modren, beriman sama dengan kebodohan, kelemahan, tidak rasional, kurang intelek. Dalam era kita ini, era pascamodernisme sedemikian menggandrungi segala macam pengalaman iman, kecuali iman yang berpautan setia kepada Yesus Kristus dan pernyataan Allah dalam Alkitab. Kita perlu pemahaman dan penghayatan iman yang mampu berbicara secara bermakna terhadap kontreks zaman kita kini yang pascamodern.
Hal-hal yang sangat vital dan esensial tidak boleh kita andaikan seolah pasti kita sudah mengetahuinya dan menghayatinya dengan benar. Alkitab penuh dengan contoh dan peringatan bahwa kerap kali umat Tuhan kedapatan dalam posisi tidak beriman atau dalam kondisi beriman lemah. Sebagai pemimpin, aktivis, anggota jemaat kita wajib memastikan bahwa kita tidak tergolong para nabi palsu yang memberikan janji-janji bohong kepada orang banyak (Yer 23.16-17; 2 Tim 3.7). Ada bahaya lunturnya iman kita saat ini seperti ungkapan-ungkapan yang dipakai oleh Stephen Covey tentang bergesernya tekanan dari IQ (Intelligence Quotient, yaitu kecerdasan intelektual) ke EQ (Emotional Quatient, yaitu kecerdasan emosional) SQ (Spritual Quetional, yaitu kecerdasan rohani). Ada bahaya masuknya mistisme naturalis dan mistisisme okultis ke kalangan Kristen yang berspirit keterbukaan. 
Dalam tulisan ini ingin mengajak kita mendalami apa sebenarnya iman menurut ajaran Alkitab dan butir-butir kebenaran apa saja yang harus kita pelihara secara sungguh-sungguh. 
Yang mengimani dan diimani. Alkitab lebih banyak menggunakan kata kerja beriman, percaya, memercayakan diri-baik dalam PL maupun PB daripada kata benda "iman". Ini menunjukkan bahwa perhatian Alkitab bukan sekadar ditunjukan untuk membuat orang tahu apa iman sesungguhnya, tetapi untuk mendorong agar sungguh-sungguh memiliki iman yang hidup kepada objek yang benar. Dalam Alkitab, ada hubungannya antara iman, aman, amin. Memang ketiga kata tersebut berasal dari akar kata yang semua dalam bahasa Ibrani sehingga ada keterkaitan pengertian antara ketiganya. Iman adalah keteguhan, kestabilan, kemantapan, baik di dalam sikap orang yang memercayakan diri kepada Allah maupun dalam kekokohan kesetiaan Allah dan kebenaran janji serta sifat-sifat Allah. Iman sendiri bukan pencipta rasa aman atau keselamatan atau pengalaman lain yang Tuhan karuniakan. Iman hanyalah alat yang menghubungkan penerima dengan sumber keselamatan, pengudusan, dan pemeliharaan Tuhan. Iman dalam Alkitab ditumpukkan pada kenyataan bahwa Allah adalah pencipta, pemelihara, dan penyelamat terpercaya. Aspek objektif iman adalah dasar dari iman sejati. Iman sejati tidak bertumpu atau berpusat pada adanya kemauan kuat dorongan perasaan, kesungguhan diri seseorang, tetapi tertuju dan bertumpu pada kesetiaan Allah(faithfulness), kebenaran janji-janji Allah dan kebenaran Allah seperti yang Ia ungkapkan dalam firmanNya. Bagaimanapun kuat, sungguh, mantap iman kita namun apabila ditunjukkan bukan kepada tumpuhan iman yang benar, tidak akan terjadi tarian hidup iman. Yang terjadi hanyalah hentakan-hentakan pemaksaan kehendak, emosi, insting religius semata yang terbelit oleh kesendirian dan kebigungan. Tumpuhan objektif iman Kristen bukan ide-ide yang mati, tetapi Allah yang hidup dan yang berkarya dalam PutraNya Yesus Kristus yang mengundang dan memimpin kita mecari dalam pimpinanNya. Iman sejati selalu ditunjukkan kepada Allah dan bukan ke dalam kapasitas dan potensi diri sendiri. 
Lahir dan tumbuhnya iman. Dalam pengertian iman dan percaya adalah hubungan nyata seseorang dengan Allah, maka iman diawali bukan dari diri orang itu, tetapi dari karya penyelamatan Allah dalam diri orang tersebut. Memang dari perspektif pengalaman yang kita sadari bertobat dan percaya mendahului pengalaman aspek-aspek keselamatan. Dalam teologi reformasi paling tidak ada dua tindakan Allah dalam lingkup waktu kita, yang membuat kita mampu merespons Dia dengan iman, yaitu panggilan berdampak dan kelahiran baru. Mengikuti tradisi Calvinisme, Harun Hadiwijono menegaskan bahwa harus datang prakasa dari Allah sendiri agar orang bisa masuk ke dalam persekutuan dengan Kristus. Prakarsa itu adalah panggilan yang tidak hanya menawarkan, tetapi juga menarik agar orang pindah dari dalam gelap ke dalam terang Kerajaan Anak-Nya(Kol 1.13). Sesudah prakarsa dan karya Allah ini kita alami, kita mampu beriman dan mengalami buah dari janji-janji iman yaitu; pembenaran, pertobatan, pengampunan, pengangkatan sebagai anak-anak Allah, pengudusan dan kelak pemuliaan(Roma 8.30). Iman tetap merupakan sikap, keputusan tindakan manusia yang menjadi tanggung jawab masing-masing orang yang mendengarkan panggilan Injil untuk berespons demikian.


Rabu, 27 Oktober 2010

Tuhan itu Baik

gr.abnerpanjaitan
 
Ada ungkapan orang Batak ”Nirimpu parhunihan hape pargadongan, nirimpu parsaulian hape hamagongan”. Ungkapan ini menunjukkan kekecewaan hidup didalam menentukan  pilihan dari rencana kebaikan Tuhan. Kekecewaan selalu datang terlambar dan bahkan bisa membawa kita pada keputuasaan untuk menerima kenyataan yang pahit. Kisah hidup Elimelek dan Naomi menunjukkan sikap hidup di dunia ini yang selalu menawarkan solusi yang tidak berdampak baik bagi kita, bencana kelaparan membuat hati dan pikiran mengubah dan mencari keselamatan yang membinasakan hidup dalam harapan atas kebaiakan Tuhan atas rancangan yang sudah ditentukan oleh Tuhan bagi umatNya. Ketidak setiaan dan mencari kebahagian sementara yang dicari namun berujung penderitaan yang tidak akan terlupakan dalam sejarah kehidupan Elimelek,Naomi dan kedua anaknya. Kekayaan yang mereka miliki tidak menjanjikan kebahagian dan kesenangan.
Penderitaan dan kesusahan kita hari ini bukanlah kata akhir atau ujung dari segala-galanya, Tuhanlah yang menjamin hidup kita (bnd Amsal 10.9). Sebab itu apapun dan bagaimanapun kondisi yang sedang kita hadapi saat ini kita tepat tenang dan damai. Sebab pada akhirnya semua akan pulih dan baik dibuat oleh Tuhan pada tangan Tuhan masih ada ”secerca harapan” bagi kita semua bagi orang-orang yang percaya dan mau dituntun untuk menuju kehidupan yang lebih baik dan kemuliaan. Apakah konsekuensi kita sebagai orang yang percaya? Dan apakah yang harus kita lakukan untuk meraih hidup dalam rencana dan karya Tuhan?
1.Ingat senantiasa akan kebaikan Nya
Selama dunia ini masih ada maka kebaikan Tuhan akan masih boleh kita rasakan dan nikmati, topik minggu ”Paingotingot ma binahen ni Jahowa”. Satu hal yang kita inginkan adalah bahwa  kebaikan Tuhan adalah menunjukkan bahwa Tuhan kita hidup dan peduli akan segala sesuatu yang kita pergumulkan, ”Jagalah harapan yang senantiasa ada dalam hati anda” ini adalah bukti iman kita masih pengharapan senantiasa dalam tangan Tuhan. Kel 6:12 ”maka berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan TUHAN, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan”.
2.Pada-Nya kita berseru
Mengapa kita berseru kepadaNya? Satu alasan yang mendasari adalah ”Tuhan itu baik”. Iman kita mendasari kita untuk mampu mengenal kebaikanNya untuk menentukan masa depan yang lebih baik bagi kehidupan kita semua umat yang dikasihinya, Yesaya 44:8 ”Janganlah gentar dan janganlah takut, sebab memang dari dahulu telah Kukabarkan dan Kuberitahukan hal itu kepadamu. Kamulah saksi-saksi-Ku! Adakah Allah selain dari pada-Ku? Tidak ada Gunung Batu yang lain, tidak ada Kukenal!” Gunung batu itu menunjukkan kepada kita bahwa ada kekuatan kita untuk berseru dan memampukan kita untuk meyaksikan kebaikan  Tuhan yang baik.  Firm,an Allah adalah kebenaran, jadi kalau kita mau Tuhan yang berjalan menuntu hidup kita agar tidak tersesat, bicaralah dengan Allah melalui Kitab Suci. Dengan Kitab Suci Allah menyatakan DiriNya kepada manusia
3.Berani untuk menentukan pilihan
Keputusan-keputusan penting yang kita ambil menyangkut hidup dan masa depan kita pribadi juga sedih banyaknya dipengaruhi oleh oleh lingkungan kita. Kitab Yosua mengatakan Yos 14.15.c ”Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan”. Mengapa dia berani mengambil keputusan atau menentukan pilihan untuk setia kepada Tuhan ? Hanya orang-orang pilihan saja yang berkenan di hati Tuhan yang bisa menerima keselamatan dan berkat atas kebaikan Tuhan. Menjadikan Tuhan pilihan hidup itu artinya kita menjadi orang-orang pilhan yang akan masuk ke dalam Kerajaan sorga  dengan mempersiapkan hatinya murni dan setia kepada Allah, wujud dari hati yang murni dan setia kepada Tuhan itu adalah bagaimana kita menjauhkan  diri dari keinginan daging dan melakukan buah-buah Roh. Ketika bangsa Israel dikeluarkan oleh Allah dari tanah Mesir menuju tanah perjanjian ”Kanaan” itu artinya mereka sudah menentukan pilihan untuk dapat diatur dan dikuasi oleh Allah menentukan hidup dan setia beribadah kepadaNya. Dan keputusan itu adalah keputusan yang tepat langkah awal yang didasari oleh Roh Kudus dan didorong oleh iman ”Tuhan itu Baik”.

Selasa, 26 Oktober 2010

Sermon Epistel Minggu XXII D.TRINITATIS

gr.abnerpanjaitan  
2 Tim 2.1-7

I.Patujolo;                                                                                           
Di goari do surat on surat parmahanion(Pastoral) sian Ap.Paulus tu si Timoteus, na tongon manghobasi huria Efesus hatiha i. Mangihuthon penelitian ni angka ahli Padan Naimbaru, masuk tu horong na parpudi na ma disurat Apostel i surat on, ala nunga matua ibana jala dihilala Apostel i na jonok na ma tingkina di ulaon panghobasion i, isara ni parpoda halulion na ni diadopan dohot na niedarhon ni angka guruguru palsu, na pola manghorhon hagaoron dohot parbolatbolaton di tongatonga ni huria i. Asa marhite surat on ma di bohali Apostel i si Timoteus laho mangadopi angka parpoda haliluon i. Miduk do angka na mimbar sian haporseaonna, dilehon Ap.Paulus do gogo manungkoli si Timoteus di ulaon panghobasionna.  Dipasahat si Paulus do tongkat estafet laho mamaritahon hata ni Debata. Didok si Paulus do manggoari si Timoteus anakhonku na hinaholongan (2 Tim 1.2), ale anaha (2  Tim 2.1).

II. Hatorangan;
  1. Margogo ma ho songon parangan ni Kristus
Poso dope si Timoteus ujui di naung dohot ibana mangula songon sisean ni
Ap.Paulus. Ido alana Ap.Paulus umbahen manongos surat tu ibana, songon surat
panogunoguon mangajari ibana di angka ulaon huria. Hatiha tarhurung do
Ap.Paulus manogos surat on tu donganna, dohot tu angka ruas ni huria nuang
hea hinobasanna hian. Turpukta on, i ma sebagian sian surat ni Ap. Paulus na
paduahon, ima songon sosososo asa margogo si Timoteus mangadopi hamaolon
sian angka guru  guru palsu, tu donganna, dohot tu angka ruas ni Ap.Paulus.
Molo pe maol ulaon i ndatung sumurut ibana(1 Tim 4.12; 1 Kort 16.10-11).
Tongkat estafet ingkon mardalan nang pe lam tu maolna ulaon parbarita na uli tu huria i. Nang pe so maniop bodil parporangan ni halak Kristen, alai torus dope terjadi parporangan i sahat tu tingki on, i ma parporangan ni haporseaon manaluhon sibolis. Aha dopahean sinjatanta laho marporang, ima: marhohoshon hasintongan,manolukhon batu partahanan...(Efs 6.13-17). Ulaon na borat situtu do marbarita na uli.
  1. Paratarata hata ni Debata.
Molo didok mangaratarata i, na marpusatan do i di pangulahonon di hata i, i ma na manjahai dohot manangihon, mangguruhon dohot mamparsiajari. Diparatarata di bagasan bahasa Indonesia di terjemahon, mengabarkan, memberitakan, mewartakan. Hata ni Debata naung suan di bagasan rohanta na pasonang rohanta jala na mangalehon jaminan di ngolunta on, i do na patauhon hita mamaritahon goar ni Kristus i huhut mangaratarata i ganup tingki dohot sadihari pe didok di Buku Hes 33:12 ”Ia ho ale anak ni jolma, paboa ma tu angka anak ni bangsom”. Sian mulana ndang dihalomohon sibolis i jolma mangolu dibagasan hata ni Debata, sai ditait do laho manjahati. siala ni i do ganup siulahon hata i nang rongom hasusaan lam mangimbukbuk jaman dohot angka na pinarhagiotna, ndang muba haporseaonta alai sabalikna lam hot mian dibagasan hata i. Dibagasan haporseaon i saor jala domu do hita tu Debata gabe margogo jala togu di bagasan hagogoonNa na togu i(ptds Efs 6.10). Porsea di Tuhan Jesus(Heb 11.1), displin, patuh ngoluna ingkon kerja keras asa mamparbuehon na denggan(israna petani). Angka na porsea sai dihangoluhon do barita nauli i gabe hangoluan ni partondion nang di pardangingon.
  1. Angka jolma na marroha mangulahon na denggan
Halak na dao ngoluna sian Debata diparbuehon i do na roa jala dipangalahona. Dipahombar haotoo do hajahaton. Boi dohonon pangalaho na Bebal anggo songon i.  Halak na serep marroha, habiaranna do Jahowa jala paholangonna dirina sian hajahaton. Pikiranna ma na denggan marodophon donganna, sada ma ibana dohot angka dongan. Songon ruas ni huria naung tarpasupasu jala naeng hita marparange tiruan tu halak, i do ulaonta ( 3 Musa 18.3-4).
III. Panimpuli;
1.   Tangkas ma hita na jinou tu halauaon na pinarade ni Tuhan Jesus.
2.   Mansai godang angka na bernit dohot haporsuhon taadopi, sai tong ma hita mansihohot di poda nang hata ni Debata.
3.   Taulahon ma hata ni Debata i, ai do hangoluanta. Amen

Senin, 25 Oktober 2010

Tujuan Di Dalam Berkat

gr.abnerpanjaitan

Dalam memahami berkat Tuhan, sudahkah anda dapat merasakan berkat-berkat-Nya setiap saat dan memulai mengucapkan banyak syukur atas berkat yang anda terima?
Janji Tuhan adalah bahwa Ia akan memberkati kita umatNya, yang percaya kepadaNya dengan sungguh hati. Ialah Janji Tuhan kepada Bangsa Israel ketika mereka sampai ke Tanah Kanaan dimana firmanNya; "Tetapi kamu harus beribadah kepada TUHAN, Allahmu; maka Ia akan memberkati roti makananmu dan air minumanmu dan Aku akan menjauhkan penyakit dari tengah-tengahmu. Tidak akan ada di negerimu perempuan yang keguguran atau mandul. Aku akan menggenapkan tahun umurmu".Ia akan memberikan kelimpahan dan kemurahanNya. Bahkan dikatakan bahwa Ia akan memenuhi segala kebutuhan kita bahkan sampai berkelimpahan (Luk 6.38). Bila kita taat dan setia untuk melakukan kehendakNya maka segala yang kita usahakan akan berhasil (Amsal 3.9-10).
Hal dasar yang perlu dipahami adalah bahwa berkat dari Tuhan itu tidak selalu berupa keuangan atau kekayaan saja, tetapi adalah setiap hal dimana kita bisa menikmati segala sesuatu yang diperoleh; kesehatan, kebahagiaan, kedamaian, keluarga, hubungan yang baik dengan sesama, pekerjaan, segala aktivitas kita, maupun berkat-berkat materi. Itu semua adalah berkat yang Tuhan berikan pada kita. Bila kita hanya memandang berkat dari segi materi saja, maka kita hanya bersyukur bila kita mendapat kekayaan, tetapi kalau semua itu kita pahami sebagai berkat, maka kita bisa belajar bersyukur setiap saat.
Kemudian alasan kita memperoleh berkat adalah untuk menjadi berkat bagi banyak orang (lih Kej 12.2). Jadi setiap hal yang kita terima bukan hanya untuk kepuasan sendiri saja. Yesus mengajarkan dalam khotbahNya  di Bukit Mat 7.12 "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka". Hal ini bukan berarti kita mengharapkan balas jasa orang lain,tetapi menjadi berkat terlebih dahulu bagi orang lain adalah lebih baik daripada mengharapkan mendapat berkat atau bantuan dari orang lain. Lalu hal apa sajakah yang perlu kita perhatikan untuk bisa menjadi berkat bagi orang lain?
  1. Senantiasa bersyukur. Belajar mengucapkan syukur untuk apa saja yang kita terima. Kita harus menyadari bahwa semua pemberian Tuhan setiap saat bisa diambil kembali olehNya. Kita hanya mendapat titipan dari Dia untuk bisa menjadi berkat bagi banyak orang lain, di samping kita juga bisa menikmati berkat itu sendiri. Bersyukur merupakan teropong iman yang mampu melihat sesuatu yang baik dari keadaan bagaimanapun (bnd 1 Tes 5.18; Kol 3.17).
  2. Belajar berbagi dengan sesama. Mengapa kita harus belajar untuk berbagi dengan sesama? Yang pertama sekali yang mau dikatakan kepada kita bahwa melalui berkat materi yang kita peroleh dan segala sesuatu yang bisa kita berikan bagi dia, meskipun hanya dalam bentuk perhatian, pertolongan dan penghiburan. Henry David Thoreu mengatakan "Kita adalah tukang kebahagian kita sendiri". Dimana di saat kita mempu berbagi dengan sesama itu artinya bahwa kita sudah membuat suasana hati menemukan kebahagian bersama dengan sesama saudara-saudara yang membutuhkan perhatian dari kita.
  3. Saluran yang Senantiasa Dialiri dan Menalirkan Berkat. Berbicara tentang orang yang merenungkan tentang janji-janji Allah, Pemazmur berkata dalam Mazmur pasal 1 'Dia seperti pohon yang ditanamkan di tepi sungai yang hidup, yang menghasilkan buahnya pada musimnya dan yang daun-daunnya tidak gugur. Apapun yang dia kerjakan menghasilkan'. Yakobus mengungkapkan berkat yang sama bagi mereka yang merenungkan janji Allah ketika dia berkata dalam Yakobus 1:25, 'Dia akan diberkati dalam apapun yang dia lakukan' Sudah pasti inilah waktunya bagi pengusaha Kristen untuk datang memiliki pengetahuan tentang apapun yang mereka lakukan pasti berhasil dan diberkati oleh Allah. Uang akan mengalir dari orang yang tidak jujur dan tidak ilahi maupun perusahaan-perusahaannya kedalam perusahaan-perusahaan yang dijalankan dengan suatu pandangan mendirikan Kerajaan Allah di bumi. Semua yang dibutuhkan oleh Allah adalah seseorang yang akan dipercayakan untuk janji yang agung dan luar biasa dan benar ini.

Minggu, 24 Oktober 2010

Parheheon NHKBP-Remaja



Add caption