Sabtu, 30 Oktober 2010

Kuat Dalam Kasih Tuhan

gr.abnerpanjaitan
 
 Begitu banyak pergumulan hidup sedang dialami oleh manusia. Di saat ini kita juga diperhadapkan persoalan hidup/persaingan yang semakin hari semakin menghantarkan kita pada posisi untuk memilih ikut Tuhan atau ikut dengan dunia. Pada bulan ini juga disugguhkan dengan ancaman alam yang tidak bersahabat dengan kita, seakan-akan kemarahannya menunjukkan bahwa keserakahan selama ini djawab oleh alam disekitar kita. Banjir bandang yang memakan korban jiwa dan material terjadi di beberapa daerah terjadi. Ibu kota Jakarta dihantui dengan air yang meluap beberapa meter membuat seluruh fasilitas yang kita miliki menjadi hancur di terjang oleh ke egoisan, keserakan manusia hanya menunjukkan gaya hidup yang lebih tren. Keganasan gunung merapi terjadi di Yogyakarta memakan korban jiwa dan harta benda penduduk sekitarnya, gempa bumi disertai tsunami yang meluluh lantahkan kepulaan Mentawai di pada hari senin kemarin juga menghancurkan seluruh kehidupan penduduknya. Dimana Kasih Tuhan yang disuarakan dalam firman Tuhan seolah-olah tidak mampu menjawab pergumulan itu. Ini dapat kita lihat begitu banyak manusia yang stress, apatis, pesimis atau tidak memiliki pengharapan akan kasih Tuhan. Berdasarkan hasil survei lembaga polling The Gallup Organization, dalam sepuluh tahun terakhir ini, kepercayaan terhadap paranormal, ”orang pandai” dukun dan kekuatan supranatural di ”negeri paman sam” atau Amerika mengalami peningkatan yang cukup pesat. Kini benarlah apa yang dikatakan Alkitab bahwa akan tiba waktuknya di mana manusia akan memalingkan telingnya dari kebenaran dan membukanya untuk hal-hal yang sesuai dengan keinginan mereka atau dengan kata lain ”Kepercayaan terhadap iblis semakin meningkat”. Kebenaran akan kasih dan kekuatan yang bersumber dari Tuhan seakan-akan tidak berpengaruh lagi kehidupan iman orang percaya kepadaNya. Ibadah dan persembahan dilakukan sebatas rutinitas yang tidak berpengaruh untuk mengerti dan menghantarkan kepada kita menuju kemenangan yang sejati (lih Hes 33.12). Kita takut mengalami penderitaan, walaupun dengan jelas dikatakan oleh Paulus kepada Timoteus Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus”. (2 Tim 2.3).
Rasul Yakobus yang menulis suratnya kepada para Jemaat untuk meneguhkan mereka yang mengalami penderitaan dan persoalan demi persoalan. Ia tidak menampik bahwa persoalan tidak ada di dalam jemaat, ia tahu sebagai murid Yesus bahwa persoalan bahkan akrab dengan orang Kristen. Ia melihat dengan mata sendiri bagaimana Yesus dianiaya, ia juga melihat bagaimana jemaat mula-mula di aniaya. Ia tahu menjadi seorang Kristen dan percaya Yesus akan sangat akrab dengan penderitaan.
Namun ia sadari betul sebetulnya setiap manusia pasti akan mengalami penderitaan. Untuk itu ia mengatakan barangsiapa yang menderita maka baiklah mereka bertekun karena orang seperti inilah yang  berbahagia. “..Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun ..” Yakobus mengambil contoh Ayub yang selama beberapa tahun menderita. Keluarga mati, istri meninggalkannya dan sekujur tubuhnya penuh penyakit. Namun Ayub tetap bertekun. Meski dalam penderitaannya yang hebat ia terus bertekun dan mencari Tuhan akhirnya Tuhan menyembuhkannya dan mengembalikan keluarganya.
Betapa banyak orang Kristen seringkali merajuk dan ngambek dengan tidak lagi mau melayani karena persoalan atau musibah datang. Mereka mundur dan apatis. Tidak lagi mau memikirkan pelayanan Tuhan apalagi mengambil bagian dalam pelayanan. Mereka minta cuti  dan kalau bisa cuti panjang. Katanya istirahat dulu, tapi dalam hati tidak akan lagi melayani. Untung saja Tuhan baik dan tidak membiarkan jantung mereka cuti juga berdenyut. Sungguh Tuhan maha pengasih dan sangat penyayang sehingga DIA membiarkan umatNya yang mengalami persoalan itu bisa duduk dan berbaring sambil merenungkan masalah yang dialami dan mengambil hikmah dari sana. Oleh karena itu ada bagaimana kita sebagai umat Tuhan untuk menpertahanlan iman pada zaman yang serba cangih ini?
1.   Kuat dan tetap bersekutu dengan Tuhan.
Waktu adalah salah satu pemberian Tuhan yang paling berharga, tak dapat diulang, dan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Namun, tidak ada waktu terbaik bagi Anda selaku orang percaya, selain waktu yang dipakai untuk bersekutu dengan Allah. Bagaimana caranya? Pilihlah waktu dan tempat yang tepat untuk bersekutu dengan Allah. Putuskan juga berapa lamanya. Hubungan yang baik dengan Allah tidak dapat diperoleh tanpa pernah menyediakan waktu secara konsisten. Bersiaplah juga untuk menyediakan waktu lebih bila Allah ingin berbicara lebih banyak dengan Anda. Diamlah dan nantikanlah Dia. Seringkali orang percaya menghabiskan waktu doanya hanya untuk berkeluh-kesah dan meminta sesuatu. Jarang sekali mereka mau mendengarkan ketika Tuhan hendak berbicara. Berilah waktu untuk Tuhan berbicara, menyatakan isi hati-Nya, berfirman, memberikan janji-Nya, termasuk memberi penghiburan dan kekuatan di saat Anda lemah. “Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!” (Mzm. 46:11).
2.   Lakukan kebenaran
Alkitab memberikan alasan yang sangat kuat bagi setiap orang percaya untuk menyatakan kebenaran. Salah satu alasan itu ialah karena semua orang percaya adalah anggota dari satu tubuh. Satu tubuh dapat hidup dengan aman, hanya jika panca indra dan syaraf mampu menyampaikan informasi yang benar kepada otak. Jika informasi yang disampaikan salah, misalnya indra perasa, yaitu kulit menginformasikan bahwa air yang disentuhnya dingin dan dapat diminum, pada hal sesungguhnyaair tersebut panas, maka otak akan memerintahkan mulut untuk meminumnya dan pada saat mulut dan lidah meminumnya, mereka Selama bertahun-tahun banyak yang sudah mengenal kebenaran yang dinyatakan melalui empat metode, tetapi belum melaksanakan ini dalam keseimbangan yang tepat, memberi penekanan kepada satu area dan mengabaikan yang lain. Ketika kita menempatkan terlalu banyak fokus pada akal (hikmat), kita cenderung menuju kepada Gnostisisme, sementara terlalu banyak menekankan pada tradisi akan menyebabkan kita dibatasi oleh seremonialisme. Terlalu banyai mementingkan pengalaman sudah menuntun banyak orang untuk mencari tanda-tanda dari Tuhan, sehingga menghadapkan mereka kepada tipu muslihat dari Musuh.Tuhan sudah memberikan sistem pemeriksaan dan keseimbangan yang sangat baik kepada kita dengan menyingkapkan kebenaran melalui berbagai sarana. Firman-Nya adalah benar, dan itu adalah standar di mana kita harus mengukur semua pikiran, pengalaman dan tradisi. Ini adalah batu penjuru di mana kita dapat mengevaluasi segala sesuatu di dalam hidup kita. Tuhan menginginkan agar kita mengenal kebenaran dan hidup di dalamnya, menyatakannya di dalam pikiran kita, tindakan (pengalaman) dan tradisi yang kita lakukan. Kebenaran itu Penting, dan Tuhan sudah menyatakannya dengan jelas bahwa Dia menginginkan agar kita menyebarkan Firman!
3.   Berlaku sebagai pemenang
Sadarilah bahwa kamu dilahirkan ke dalam dunia dengan potensi yang besar untuk menjadi seorang pemenang dalam hidup. Kamu punya seperangkat perlengkapan hidup yang sangat hebat berupa pikiran, kehendak bebas dan hati nurani. Pergunakanlah secara optimal.Ingatlah selalu bahwa menjadi pemenang tidak berarti selalu menang, tapi tetap tenang ketika mengalami kegagalan dan tidak panik ketika mengalami kekalahan. Bagi seorang pemenang, kekalahan hanyalah sementara dan kegagalan hanyalah keberhasilan yang tertunda. Pemenang dalam hidup adalah pribadi yang berani menghadapi kehidupan, tidak gentar menghadapi tantangan, tidak takut menghadapi kesulitan, tidak bergantung pada situasi, dan tidak dikalahkan oleh hal-hal negatif. Jadikan orang lain sebagai motivator, guru dan cermin yang baik. Belajarlah dari keberhasilan dan kegagalan mereka. Jangan sombong kalau kamu lebih hebat dalam beberapa bidang dibandingkan dengan orang lain, dan jangan berkecil hati kalau kamu tidak segelimang mereka dalam bidang lainnya. Beranilah mengambil risiko, karena banyak hal berharga dalam hidup ini yang harus diraih dengan keberanian. Kalau semua faktor sudah diperhitungkan, lakukanlah apapun yang dapat meningkatkan kualitas hidupmu. Berpikirlah sebagai seorang pemenang. Pikiran adalah potensi dan kekuatanmu yang bisa membangun dan merusak hidupmu tergantung bagaimana kamu mengarahkannya. Arahkanlah selalu pikiranmu untuk memikirkan hal-hal yang mulia, yang benar, yang adil, yang penting dan yang membahagiakan. Berkatalah sebagai seorang pemenang. Jadikan kata-kata positifmu sebagai alat untuk memperkat jiwamu, bukan untuk melemahkan. Lebih baik kamu berkata “Aku akan segera sembuh” daripada “Aku sudah bosan berobat tapi tidak ada hasil”. Atau, “Kalau hari ini aku tidak beruntung, masih ada hari esok” lebih baik daripada “Aku memang sedang sial hari ini!” Bersikaplah sebagai seorang pemenang. Seorang pemenang akan bersikap aktif dan tidak pasif, rajin dan tidak malas, ulet dan tidak mudah menyerah, jujur dan tidak bohong. Bila setiap hari kamu bertindak sebagai pemenang, kamu betul-betah melatih otot-otot jiwa menjdi otot seorang pemenang. Jangan biarkan jiwamu menjadi lemah sehingga kamu selalu mengalami kekalahan. Berusahalah terus untuk mengembangkan sifat-sifat seorang pemenang, seperti rendah hati, berani, berjiwa  besar, tekun, dsb. Hindari sifat-sifat pengecut seperti menyalahkan orang lain, egois, iri hati, sombong, mencari perhatian, dsb.
Perjalanan kerohanian orang Kristen tidak hanya oleh iman saja tetapi juga oleh hati nurani yang murni. Bagaimana kita memiliki hati nurani yang murni? Utamakanlah iman dalam Kristus lebih dari pada semuanya dan lakukanlah apa yang kita tahu dengan baik. Kekuatan kita hanya terdapat dalam firman Tuhan (lht Efs 6.2-7), ketika kita berjalan dengan Allah, Dia akan berbicara kepada kita melalui hati nurani kita. Tuhan pun tahu bagaimana cara agar kita menemukan kebutuhan jiwa kita, kebutuhan akan penghiburan dan kekautan yang belum pernah kita rasakan sebelumnya. Mother Teresa berkata ”Pastikan bahwa engkau menginzinkan anugerah Allah bekerja dalam jiwamu dengan menerima apa saja yang Ia berikan dan merelakan apa saja yang Dia ambil darimu”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar